Cerita Pengalaman Kuliah di Jepang, Istri Ganjar Sebut Suaminya Junjung Kesetaraan Gender

JAKARTA, – Istri bakal calon presiden (capres) dari PDI-P Ganjar Pranowo, Siti Atiqoh, mengatakan bahwa suaminya menjunjung tinggi kesetaraan gender.

Atiqoh menyampaikan itu ketika menceritakan pengalamannya menempuh studi S2 setelah berkeluarga. Atiqoh menuturkan, saat itu dia mendaftar beasiswa S2 di dalam negeri.

Namun, karena nilai tesnya memenuhi syarat untuk berkuliah di luar negeri, Atiqoh mendapatkan beasiswa pendidikan S2 di Jepang.

Atiqoh menyebutkan, saat itu dia sempat akan mengundurkan diri dari beasiswa itu. Sebab, anak sematawayangnya, Alam Ganjar, saat itu masih duduk di bangku TK.

“Saya mengundurkan diri karena anak masih kecil, masih TK. Kayaknya kok saya tega kalau meninggalkan anak, sementara saya di sana untuk sekolah,” ujar Atiqoh di Rumah Aspirasi Relawan Ganjar Pranowo, Jakarta Pusat, Sabtu (17/6/2023).

“Tapi Mas Ganjar bilangnya gini, ‘Kesempatan itu tidak datang dua kali. Ayah sanggup untuk mendidik anak sendiri. Silakan bunda, ini kesempatan yang luar biasa, jangan sampai nanti akan menyesal’,” lanjut dia menirukan perkataan Ganjar saat itu.

Atiqoh kemudian berpikir terlebih dulu sebelum memutuskan menerima beasiswa ke Jepang.

Saat itu, dia berkesimpulan bahwa lebih baik berbuat sesuatu kemudian menyesal, daripada menyesal karena tidak berbuat sesuatu.

“Ternyata kesempatan yang luar biasa itu. Tentu itu yang menyadarkan saya betapa Mas Ganjar itu adalah laki-laki yang berperspektif (kesetaraan) gender,” ungkap Atiqoh.

Perempuan yang hobi olahraga ini pun menceritakan bahwa ketika dia menikah dengan Ganjar hingga saat ini, sang suami tak pernah memintanya berhenti bekerja.

“Ketika saya menikah, tidak pernah ada kata-kata kamu harus keluar kerja. Tidak pernah. Tetapi ketika saya resign itu adalah keinginan saya sendiri, bukan karena disuruh,” kata Atiqoh.

“‘Kamu ini tugasnya adalah dampingi saya’, tidak begitu. Tetapi ketika saya merasa saya sudah di titik tidak mampu, itu baru saya lakukan (resign). Jadi tak pernah ada keterpaksaan,” tambah dia.

[KOMPAS]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *