Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sebesar 3,52 persen (year on year/yoy) sepanjang Juni 2023. Realisasi ini terendah sejak 14 bulan lalu atau April 2022.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan inflasi tahunan konsisten melandai usai pandemi.
“Inflasi tahunan Juni 2023 (3,52 persen) terendah sejak April 2022 (3,47 persen),” ujarnya dalam konferensi pers, Senin (3/7).
Sedangkan, secara bulanan (month to month/mtm) inflasi naik menjadi 0,14 persen dibandingkan Mei 2023 yang hanya 0,09 persen.
Penyebab inflasi bulanan naik karena ada momentum Hari Raya Iduladha dan cuti bersama, hingga penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM).
Sementara, Ekonom Makro Bank Mandiri Faisal Rachman menilai inflasi tahunan Indonesia turun seperti sejumlah negara lainnya lantaran ekonomi lebih baik dibandingkan tahun lalu.
Pada tahun lalu, inflasi tahunan tinggi lantaran ada lonjakan harga pangan akibat perang Rusia-Ukraina yang dimulai pada Februari 2022. Kondisi tersebut mengganggu aktivitas perekonomian dunia ditambah dampak dari pandemi saat itu belum usai.
Pada 2023 ini, perang masih berlangsung, tetapi status pandemi sudah menghilang. Artinya, kondisi berbeda dengan sebelumnya.
“Kalau secara tahunan memang karena ada high base. Karena Juni tahun lalu ada tekanan inflasi dari pangan. Lalu juga ada gangguan global supply chain dan beberapa negara terapkan larangan ekspor beberapa pangan dan pupuk. Juni tahun lalu juga ada pelonggaran PPKM jadi ada tekanan juga di inflasi transportasi,” pungkas Faisal kepada CNNIndonesia.com.
[CNN]