Rusia mulai mengambil alih senjata hingga perangkat keras militer berat milik Wagner Group setelah pasukan tentara swasta itu melancarkan pemberontakan pada akhir pekan lalu.
Penyitaan senjata ini dilakukan Moskow demi mengambil kendali atas Wagner Group dan menghindari insiden pemberontakan serupa terjadi.
“Persiapan sedang dilakukan untuk transfer peralatan militer berat dari perusahaan militer swasta Wagner ke unit angkatan bersenjata Rusia,” bunyi pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia pada Selasa (27/6) seperti dikutip AFP.
Pemberontakan Wagner Group pada akhir pekan lalu memicu krisis keamanan paling serius di Rusia dalam beberapa dekade terakhir.
Bos Wagner Group Yevgeny Prigozhin mengejutkan Rusia setelah mengerahkan pasukan untuk menduduki markas militer di Rostov pada Sabtu lalu. Ia bahkan sempat mengerahkan pasukan menuju Moskow sebagai bentuk pemberontakan terhadap rezim militer Rusia.
Namun, tak lama dari itu, Prigozhin menarik seluruh pasukannya dan membatalkan mobilisasi. Belakangan diketahui pembatalan mobilisasi itu berlangsung setelah Prigozhin dan pihak Kremlin bernegosiasi dimediasi oleh Belarusia, sekutu dekat Rusia.
Meski pemberontakan gagal, aksi Wagner Group yang merupakan sekutu Putin menimbulkan pertanyaan tentang cengkeraman kekuasaan sang presiden saat ini.
Putin menuduh Ukraina dan negara Barat menari di bawah penderitaan warga Rusia dan menginginkan masyarakatnya untuk “saling membunuh” selama pemberontakan terjadi.
Dalam pidatonya pada Senin (26/6), Putin menegaskan pemberontakan Wagner Group ditakdirkan untuk gagal.
Ia berterima kasih kepada tentara Rusia karena dinilai berhasil mencegah perang saudara pecah di Negeri Beruang Merah itu.
“Sejak awal kejadian, atas perintah saya, langkah-langkah diambil untuk menghindari pertumpahan darah berskala besar,” ujar Putin.
“Justru pertumpahan darah inilah yang diinginkan oleh musuh-musuh Rusia, baik neo-Nazi di Kyiv maupun para pendukung mereka di Barat, dan semua jenis pengkhianat bangsa,” tambahnya.
[CNN]