Tak Hanya Bentak Pendeta Rumah Doa di Tambun, Ini Sederet Arogansi Anggota TNI pada Warga Sipil

Nasional43 Dilihat

JAKARTA, – Nama instansi Tentara Nasional Indonesia (TNI) belakangan banyak disorot masyarakat publik, termasuk di media sosial.

Instansi angkatan bersenjata negara ini beberapa kali diberitakan bersikap arogan saat menghadapi warga sipil. Tak jarang mereka mengintimidasi dengan membawa nama besar TNI.

Padahal, Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Laksamana Muda Julius Widjojono sudah menegaskan kepada seluruh prajurit TNI agar tidak ada lagi yang bersikap arogan.

“Sesuai instruksi Panglima TNI, agar prajurit TNI tidak arogan dan menyakiti hati rakyat,” ujar Julius, Selasa (25/4/2023).

Salah satu bentuk intimidasi itu turut dirasakan Pendeta Ellyson Lase di Desa Mangunjaya, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi. Ia dibentak oleh ketua RW yang juga mengaku bagian dari TNI.

Ketua RW itu diduga membentak dan mengintimidasi Ellyson soal aktivitas umat Kristen di Rumah Doa Fajar Pengharapan di Perumahan Graha Prima Baru, Blok S2, Tambun, Bekasi, pada Mei lalu.

Ellysonmengaku tidak mengetahui alasan ketua RW ikut menolak keberadaan rumah doa. Ellyson bahkan sempat dibentak ketika bertemu dan diintimidasi pada bulan Mei lalu.

“Saya juga sampaikan ke ketua RW waktu itu, ‘Bapak juga masih aktif sebagai anggota TNI yang melekat di diri Bapak. Walaupun ketua RW, begitukah seorang TNI’,” ucap Ellyson, Senin (19/6/2023) malam.

“Dia kemudian gebrak meja, dia tunjuk saya. Dia marah dan bilang, ‘Ini wilayah saya. Saya yang berkuasa. Ikuti aturan saya. Jangan buat aturan sendiri’,” sambung dia menirukan ucapan Ketua RW itu.

Tak hanyaEllyson, nyataya beberapa orang lainnya juga terintimidasi saat berhadapan dengan TNI ini. Bahkan, ada pula yang harus sampai kehilangan nyawa. Berikut rangkumannya.

Bentak pendeta di Tambun

Ellyson dan istrinya mengaku dibentak saat ditanya soal kegiatan yang dilakukan di rumah doa. Padahal, saat itu Ellyson sudah menjelaskan aktivitas dia dan jemaatnya di rumah doa tersebut.

Penjelasan Ellyson tidak digubris. Pihak RT dan RW tetap ingin aktivitas di rumah doa dihentikan. Namun, pendeta tetap menolak permintaan itu.

Setelah Mei, intimidasi kembali terjadi pada Minggu (18/6/2023) pagi sekitar pukul 10.00 WIB. Umat digeruduk puluhan warga yang menolak aktivitas mereka.

Lagi-lagi ketua RT ingin aktivitas di rumah doa dihentikan. Pendeta kemudian menanyakan dasar yang mengharuskan rumah doa ditutup, tetapi ketua RT hanya bungka[KOMPAS]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *