Sebagian besar wilayah Jepang diguyur hujan deras, Jumat (2/6) ini, imbas mendekatnya Topan Mawar. Pemerintah meminta lebih dari satu juta warga untuk mengungsi, meski belum ada korban luka yang dilaporkan dalam peristiwa ini.
Topan Mawar yang menimbulkan kerusakan di Guam awal pekan ini, telah melemah menjadi badai tropis, meski sebelumnya berstatus sebagai topan super.
Dikutip dari Channel News Asia, badai diperkirakan akan melewati bagian selatan Pulau Honshu, saat bergerak ke Pasifik. Namun, data ramalan cuaca memperingatkan adanya bahaya udara lembab, yang dapat menyebabkan hujan musiman dan memicu hujan lokal yang lebat.
Saat ini, hampir 1,3 juta orang di seluruh Jepang disarankan untuk mengungsi, dengan jumlah terbesar ada di wilayah barat Honshu, seperti prefektur Wakayama.
Tak hanya itu, lebih dari 300 penerbangan dibatalkan pada Jumat siang, termasuk 52 perjalanan kapal feri. Selain itu, sejumlah jalur kereta juga ditutup.
Sebelumnya, pola cuaca serupa telah menyebabkan banjir dan tanah longsor, terutama pada musim panas 2018. Ketika itu, lebih dari 200 orang tewas di wilayah barat Jepang.
“Apa yang terjadi lima tahun lalu masih sejelas kemarin,” kata seorang wanita di pulau utama terkecil Shikoku kepada penyiar publik NHK saat ditanya soal alasan dia mengungsi.
Sementara itu, ketinggian air di beberapa sungai mendekati puncak, pada Jumat sore. Namun, tidak ada laporan tentang banjir atau tanah longsor.
Badan Meteorologi Jepang telah mengeluarkan peringatan banjir untuk rangkaian Pulau Okinawa dan sebagian Pulau Shikoku dan Honshu, dengan prakiraan curah hujan 350 mm di sebagian Honshu barat dalam 24 jam atau hingga Sabtu pagi.
Sebagian Shikoku diguyur hujan 162,5 mm dalam tiga jam hingga pukul 09.00 waktu setempat, hampir setengahnya dalam satu jam, kata lembaga penyiaran publik NHK.
Meskipun hujan musim panas yang deras tidak biasa terjadi di Jepang, bulan Juni biasanya menjadi awal untuk badai jenis topan di dekat pulau.
Pada hari Kamis, Badan Meteorologi Jepang juga mengatakan negara tersebut telah mengalami musim semi terhangat sejak pencatatan dimulai pada tahun 1898.
(*)