Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dikabarkan bakal merilis laporan tentang pemanis buatan populer aspartam. Pemanis buatan ini ditemukan berpotensi karsinogen atau memicu kanker.
Pemanis aspartam adalah pemanis buatan yang umum digunakan di dunia. Pemanis ini biasa digunakan salah satunya pada minuman soda diet.
Dilaporkan Reuters, sumber menyebutkan bahwa pada Juli 2023 nanti, badan riset kanker WHO, International Agency for Research on Cancer (IARC), bakal merilis laporan bahwa aspartam berpotensi mengandung senyawa karsinogenik.
Putusan IARC sebenarnya sudah diselesaikan sejak awal Juni ini setelah pertemuan dengan para pakar eksternal. Namun, tidak disebut takaran aspartam yang aman dikonsumsi.
JECFA (Joint Expert Committee on Food Additives) atau komite gabungan ahli WHO dan FAO untuk bahan pangan tambahan sejak 1981 menyatakan aspartam aman dikonsumsi asal sesuai batas harian.
Aspartam sendiri telah dipelajari secara ekstensif selama bertahun-tahun. Pemanis buatan memang terbukti membawa dampak negatif terhadap kesehatan.
Sebuah studi observasional di Prancis pada 100 ribu orang menunjukkan orang yang mengonsumsi pemanis buatan dalam jumlah lebih besar (termasuk aspartam) punya risiko kanker sedikit lebih tinggi ketimbang yang konsumsinya normal.
Akan tetapi, belajar dari keputusan IARC di masa lalu mengenai zat berbeda telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan konsumen.
Pada 2015, muncul putusan bahwa glifosat berpotensi bersifat karsinogenik. European Food Safety Authority (EFSA) menentang penilaian ini.
Namun, pada tahun-tahun berikutnya, sejumlah perusahaan masih merasakan dampaknya. Bayer Jerman kalah di meja hijau dan harus memberikan ganti rugi pada pelanggan yang terkena kanker dan menyalahkan glifosat.
“IARC bukan badan keamanan pangan dan tinjauan aspartam mereka tidak komprehensif secara ilmiah dan sangat didasarkan pada penelitian yang didiskreditkan secara luas,” kata Frances Hunt-Wood, sekretaris jenderal International Sweeteners Association (ISA).
Pada Maret lalu, pejabat dari Kementerian Kesehatan, Perburuhan dan Kesejahteraan Jepang menuliskan surat pada WHO. Dia meminta agar dilakukan peninjauan sebelum laporan dirilis.
“Kami dengan hormat meminta kedua badan untuk mengkoordinasikan upaya mereka dalam meninjau aspartam untuk menghindari kebingungan atau kekhawatiran di kalangan masyarakat,” tulis Nozomi dalam suratnya pada Wakil Direktur WHO Zsuzsanna Jakab.
[CNN]