Alasan Tiba-tiba Mudah Menangis saat di Pesawat

Travel33 Dilihat

Adegan menangis selagi menatap pemandangan awan di luar jendela kabin pesawat kerap terlihat dalam film-film melankolis.

Tak disangka rupanya perasaan galau mendalam saat berada dalam penerbangan juga bisa terjadi di dunia nyata.

Pasalnya, naik pesawat merupakan pengalaman perjalanan yang unik yang belum pernah dilakukan oleh beberapa jumlah orang hingga saat ini. Jadi tak heran jika pengalaman naik pesawat memicu hal-hal aneh dan tak terduga, termasuk membuat kita menangis.

Sebuah survei dari maskapai Virgin Atlantic pada tahun 2011 mengungkap bahwa sebanyak 55 persen responden mengaku dirinya lebih emosional saat berada dalam penerbangan.

Bahkan sebanyak 41 persen responden laki-laki mengaku pernah sembunyi di balik selimut untuk menitikkan air mata.

Lantas apa alasan orang yang naik pesawat cenderung lebih mudah menangis?

Penyakit mental dasar

Munculnya perasaan ingin menangis saat berada dalam penerbangan ternyata erat kaitannya dengan psikologis manusia.

“Tak peduli usia, jenis kelamin, kepercayaan, ras hingga latar belakang, hampir semua orang memiliki setidaknya satu penyakit mental dasar, mulai dari claustrophobia (takut dengan ruangan sempit), agoraphobia (takut tak bisa menyelamatkan diri) atau anxiety (rasa cemas berlebih),” imbuh Robert L. Quigley, Wakil Presiden Senior dan Direktur Medis Regional Internasional SOS & MedAire, melansir CNN Travel.

Meskipun banyak orang mengaku tak mudah tertekan, regulasi perjalanan udara yang rumit dan ketat bisa dengan mudah memicu munculnya gejala penyakit mental dasar pada jiwa seseorang.

“Tekanan dalam perjalanan sudah cukup untuk memicu siapa pun yang memiliki tantangan kesehatan mental,” lanjut dia.

Ketika perjalanan udara didukung dengan embel-embel yang tak menyenangkan, seperti harus berpisah dengan kekasih atau mengakhiri liburan, rasa cemas juga bisa dirasakan berkali lipat.

Terlebih lagi jika seseorang melakukan perjalanan seorang diri, di mana penumpang seakan merasa terkunci di ruang kecil bersama orang asing selama penerbangan.

Ditambah lagi dengan masalah kecemasan ringan yang dialami hampir 20 persen populasi manusia, maka tidak mengherankan jika orang bisa menangis saat berada di ketinggian dalam pesawat.

Suasana tak nyaman

Terlepas dari dampak psikologis, perjalanan udara juga tak melulu nyaman lantaran ruang yang sempit. Selain menimbulkan pegal-pegal pada tubuh, posisi kursi penumpang yang terlalu rapat juga bisa menimbulkan rasa cemas.

“Sekarang penerbangan udara semakin tidak nyaman. Kebutuhan dasar seperti makanan, minuman, selimut dan bantal tidak disediakan secara cuma-cuma. Barang pribadi yang boleh dibawa ke dalam kabin juga terbatas. Hal ini bisa memicu timbulnya rasa cemas,” kata Jodi De Luca, psikolog asal Colorado.

Tekanan udara yang dirasakan ketika pesawat mencapai 5.000-8.000 kaki juga bisa memberi efek samping pada orang-orang tertentu.

“Ada banyak bukti nyata yang menunjukkan bahwa dalam penerbangan, penumpang dapat mengalami hipoksia atau kekurangan oksigen,” tambah dia.

Minuman beralkohol

Tak sedikit orang beranggapan bahwa tubuh akan rileks jika minum minuman beralkohol dalam penerbangan. Namun tak semua orang disarankan melakukannya, apalagi yang memiliki komplikasi kesehatan.

Pasalnya, tekanan udara pada penerbangan sering kali memicu dehidrasi pada penumpang dan minuman beralkohol dapat memperparah dehidrasi.

Di samping itu, efek samping alkohol juga dapat membuat penumpang semakin emosional.

Berdampingan dengan dampak hipoksia akibat tekanan udara dalam penerbangan, tak heran banyak penumpang yang jadi rawan menangis setelah terlalu banyak minum alkohol dalam penerbangan.

Jadi apa yang bisa dilakukan saat merasa galau dalam penerbangan? Salah satu pilihannya adalah biarkan air mata mengalir. Biarkan diri Anda menangis selama tidak mengganggu penumpang lain.

(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *